Sabtu, 09 Juli 2016
Rindu mu
Ayah
Ayah adalah lelaki yang rela kerja keras demi membuat anaknya senang
Yang rela dipermalukan demi membuat anaknya tersenyum
Dia adalah lelaki hebat dari setiap lelaki yang ada....
ayah adalah lelaki yang tangguh
ayah adalah lelaki yang bertanggung jawab kini kepergian mu telah membuat aku lemas
tidak ada lagi yang mengingat kan aku....
dikala aku sedih,engkau membahagiakan ku
dikala aku putus asa engkau menyemangatkan ku... aku rindu mu ayah .... I LOVE YOU FATHER
Jumat, 08 Juli 2016
puasa
Puasa adalah satu ibadah
yang besar keutamaannya. Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu meriwayatkan bahawa
Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa Sallam bersabda, Allah subhanahu wata’aala
berfirman (dalam hadis Qudsi) yang artinya sebagai berikut : "Setiap amal
manusia adalah untuk dirinya kecuali puasa, ia adalah untuk-Ku dan Aku memberi
ganjaran dengan (amalan puasa itu)." (Rasulullah menjelaskan): "Demi
Allah yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, nafas orang yang berpuasa adalah
lebih harum di sisi Allah berbanding wangian kasturi." (HR. Muslim ).
Puasa syawwal adalah puasa
yang dikerjakan sesudah hari raya Idul Fitri
sebanyak 6 hari. Puasa pada hari itu hukumnya sunnah berdasarkan hadits Abu Ayyub
Al-Anshari r.a., ia berkata, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ
صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ
الدَّهْرِ
“Barangsiapa
yang berpuasa Ramadlan kemudian diiringinya dengan puasa enam hari di bulan
Syawwal, maka seolah-olah ia berpuasa sepanjang masa.”
Salah satu dari pintu-pintu kebaikan adalah melakukan puasa. Rasulullah saw. bersabda:
Salah satu dari pintu-pintu kebaikan adalah melakukan puasa. Rasulullah saw. bersabda:
أَلَا
أَدُلُّكَ عَلَى أَبْوَابِ الْخَيْرِ؟ الصَّوْمُ جُنَّةٌ …
“Maukah
aku tunjukkan padamu pintu-pintu kebaikan? Puasa adalah perisai, …”
Puasa dalam hadits ini merupakan perisai bagi seorang muslim baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia, puasa adalah perisai dari perbuatan-perbuatan maksiat, sedangkan di akhirat nanti adalah perisai dari api neraka. Rasulullah saw. juga bersabda dalam hadits Qudsi:
Puasa dalam hadits ini merupakan perisai bagi seorang muslim baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia, puasa adalah perisai dari perbuatan-perbuatan maksiat, sedangkan di akhirat nanti adalah perisai dari api neraka. Rasulullah saw. juga bersabda dalam hadits Qudsi:
وَمَا
يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ
“Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan
diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya.”[3].
Oleh karena itu, untuk mendapatkan kecintaan Allah ta’ala, maka lakukanlah puasa sunnah setelah melakukan yang wajib. Di antara puasa sunnah yang Nabi saw. anjurkan setelah melakukan puasa wajib (puasa Ramadhan) adalah puasa enam hari di bulan Syawal.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan kecintaan Allah ta’ala, maka lakukanlah puasa sunnah setelah melakukan yang wajib. Di antara puasa sunnah yang Nabi saw. anjurkan setelah melakukan puasa wajib (puasa Ramadhan) adalah puasa enam hari di bulan Syawal.
1. Waktu
Puasa Syawal
- Kebolehan dan keutamaannya. Tata cara pelaksanaannya yang paling afdhal adalah setelah hari raya, lalu mengerjakan puasa (mulai tanggal 2 syawwal) selama 6 hari secara terus menerus. Meski begitu, puasa syawal boleh dikerjakan tidak langsung setelah hari raya selama masih dikerjakan dibulan syawal, begitu juga diperbolehkan mengerjakannya terpisah-pisah, tidak terus menerus. Wallahu a’lam.
- Keutamaan berturut-turut. Imam Nawawi dalam Syarh Muslim, 8/56 mengatakan, “Para ulama madzhab Syafi’i mengatakan bahwa paling afdhal (utama) melakukan puasa syawal secara berturut-turut (sehari) setelah shalat ‘Idul Fithri. Namun jika tidak berurutan atau diakhirkan hingga akhir Syawal maka seseorang tetap mendapatkan keutamaan puasa syawal setelah sebelumnya melakukan puasa Ramadhan.”
- Jika syawal sudah habis. Boleh saja seseorang berpuasa syawal tiga hari setelah Idul Fithri misalnya, baik secara berturut-turut atau pun tidak, karena dalam hal ini ada kelonggaran. Namun, apabila seseorang berpuasa syawal hingga keluar waktu (bulan Syawal) karena bermalas-malasan maka dia tidak akan mendapatkan ganjaran puasa syawal.
- Bagi yang berudzur. Catatan: Apabila seseorang memiliki udzur (halangan) seperti sakit, dalam keadaan nifas, sebagai musafir, sehingga tidak berpuasa enam hari di bulan syawal, maka boleh orang seperti ini meng-qadha’ (mengganti) puasa syawal tersebut di bulan Dzulqa’dah. Hal ini tidaklah mengapa.
2. Pahala
Puasa Syawal
Dari
Tsauban, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ
صَامَ سِتَّةَ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ كَانَ تَمَامَ السَّنَةِ مَنْ
جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَ
“Barang
siapa berpuasa enam hari setelah hari raya
Idul Fitri, maka dia seperti berpuasa setahun penuh. [Barang siapa
berbuat satu kebaikan, maka baginya sepuluh kebaikan semisal].”
Orang yang melakukan satu kebaikan
akan mendapatkan sepuluh kebaikan yang semisal. Puasa ramadhan adalah selama
sebulan berarti akan semisal dengan puasa 10 bulan. Puasa syawal adalah enam
hari berarti akan semisal dengan 60 hari yang sama dengan 2 bulan. Oleh karena
itu, seseorang yang berpuasa ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan
syawal akan mendapatkan puasa seperti setahun penuh.
3. Hikmah
/ Manfaat Puasa Syawal
- Penggenap pahala puasa setahun. Merupakan pelengkap dan penyempurna pahala dari puasa setahun penuh sebagiamana disebutkan dalam hadits Tsauban di atas.
- Penyempurna puasa wajib. Bagaikan shalat sunnah rawathib, berfungsi sebagai penyempurna dari kekurangan, karena pada hari Kiamat nanti perbuatan-perbuatan fardhu akan disempurnakan (dilengkapi) dengan perbuatan-perbuatan sunnah. Sebagaimana keterangan yang datang dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di berbagai riwayat. Mayoritas puasa fardhu yang dilakukan kaum muslimin memiliki kekurangan dan ketidak sempurnaan, maka hal itu membutuhkan sesuatu yang menutupi dan menyempurnakannya.
- Indikator diterimanya pahala Ramadhan. Membiasakan puasa setelah Ramadhan menandakan diterimanya puasa Ramadhan, karena apabila Allah Ta'ala menerima amal seorang hamba, pasti Dia menolongnya dalam meningkatkan perbuatan baik setelahnya. Sebagian orang bijak mengatakan: "Pahala'amal kebaikan adalah kebaikan yang ada sesudahnya." Oleh karena itu barangsiapa mengerjakan kebaikan kemudian melanjutkannya dengan kebaikan lain, maka hal itu merupakan tanda atas terkabulnya amal pertama. Demikian pula sebaliknya, jika seseorang melakukan suatu kebaikan lalu diikuti dengan yang buruk maka hal itu merupakan tanda tertolaknya amal yang pertama.
- Melanggengkan maghfirah (ampunan). Orang yang berpuasa Ramadhan akan mendapatkan pahalanya pada hari Raya'ldul Fitri yang merupakan hari pembagian hadiah, maka membiasakan puasa setelah 'Idul Fitri merupakan bentuk rasa syukur atas nikmat ini. Dan sungguh tak ada nikmat yang lebih agung dari pengampunan dosa-dosa. Oleh karena itu termasuk sebagian ungkapan rasa syukur seorang hamba atas pertolongan dan ampunan yang telah dianugerahkan kepadanya adalah dengan berpuasa setelah Ramadhan. Tetapi jika ia malah menggantinya dengan perbuatan maksiat maka ia termasuk kelompok orang yang membalas kenikmatan dengan kekufuran. Allah Ta'ala berfirman: "Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai berai kembali "(An-Nahl: 92).
- Bersambungnya
amalan. Dan di antara manfaat puasa enam hari bulan Syawal adalah
amal-amal yang dikerjakan seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada
Tuhannya pada bulan Ramadhan tidak terputus dengan berlalunya bulan mulia
ini, selama ia masih hidup. Orang yang setelah Ramadhan berpuasa
bagaikan orang yang cepat-cepat kembali dari pelariannya, yakni orang yang
baru lari dari peperangan fi
sabilillah lantas kembali lagi. Sebab tidak sedikit manusia
yang berbahagia dengan berlalunya Ramadhan sebab mereka merasa berat,
jenuh dan lama berpuasa Ramadhan. Barangsiapa merasa demikian maka
sulit baginya untuk bersegera kembali melaksanakan puasa, padahal orang
yang bersegera kembali melaksanakan puasa setelah 'Idul Fitri merupakan
bukti kecintaannya terhadap ibadah puasa, ia tidak merasa bosan dan berat
apalagi benci. Allah Ta'ala berfirman : "Dan
sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal) " (Al-Hijr:
99). Dan perlu diingat pula bahwa shalat-shalat dan puasa sunnah
serta sedekah yang dipergunakan seorang hamba untuk mendekatkan diri
kepada Allah Ta'ala pada bulan Ramadhan adalah disyari'atkan sepanjang
tahun, karena hal itu mengandung berbagai macam manfaat, di antaranya; ia
sebagai pelengkap dari kekurangan yang terdapat pada fardhu, merupakan
salah satu faktor yang mendatangkan mahabbah (kecintaan) Allah
kepada hamba-Nya, sebab terkabulnya doa, demikian pula sebagai sebab
dihapusnya dosa dan dilipatgandakannya pahala kebaikan dan ditinggikannya
kedudukan.
Allahu'alam
Langganan:
Postingan (Atom)